Rabu, 15 Oktober 2014

MONSTER



“KAMU MONSTER!”, serumu padaku kala itu. Bibirku tak kugerakkan. Seperti ada lem super bak Castol, UHU, lem kayu, hingga lem sepatu. Iya. Mengesol bibir jontorku. Ingin rasanya aku jitak kepalamu. Cantik-cantik begini kok dibilang monster. Belum pernah melihat Nyai Roro Kidul-kah? Cantik dia.
“Terkadang kamu itu seperti anjing yang setia kepada majikannya. Tapi sekarang kamu speerti singa. Nih, tak kasih daging!”, lanjutmu menyeringai di balik wajahmu yang tertekuk-tekuk alias mekso. Kugigit dagingnya. Habis ya?
“Dasar serakah.”
“Ghhhoooooeeeeeeekkkk....” Aku bersendawa. Enak sekali.
“Mau berubah jadi apa lagi kamu?”, katam.
Glek.
Krek.
Kretek.. Kretek..
“Aku  mau jadi abu, biar bisa terhempas angin ketika tidak ada yang memanfaatkan aku”.
“Jangan jadi abu! Abu itu panas.” Ah, kamu masih peduli.
“Kalau begitu, aku ingin menjadi debu saja. Biar kecil, biar aku kecil, mudah terbang terbawa oleh asap yang membumbung tinggi ke angkasa.”
“Jangan jadi debu. Kotor!” Dan kamu masih peduli.
“Jika begitu, aku ingin menjadi udara. Biar bisa dirasakan, tapi tak bisa disaksikan.”

Gunungpati, Risa Kost, 3 Juni 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar